Senin, 18 April 2011

Penggunaan Energi Memicu Efek Rumah Kaca

BANDUNG, (PRLM).- Kampanye program "Earth Hour" diharapkan dapat disambut positif semua kalangan masyarakat Jawa Barat. Hal tersebut sebagai upaya mereduksi dampak-dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi yang dapat merusak lingkungan.

Diketahui, hitungan global dampak dari penggunaan energi, setiap detiknya sebesar 390 ribu meter kubik karbon dioksida (CO2) diemisikan ke udara. Hal tersebut memicu efek rumah kaca penyebab perubahan iklim. Dengan adanya efek rumah kaca tersebut, selain menyebabkan perubahan iklim, sekitar 1.629 meter kubik gletser di Greenland turut mencair dan 710 ton oksigen (O2) setiap detiknya berkurang dari atmosfer bumi.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, dampak penggunaan energi yang menyebabkan efek rumah kaca tersebut dipicu akibat adanya pertumbuhan penduduk yang signifikan.

Dia menambahkan, dengan adanya pertumbuhan penduduk yang signifikan tersebut, maka kebutuhan penggunaan energi pun turut meningkat. "Dengan jumlah penduduk sekitar 43 juta lebih, kebutuhan energi listrik di Jawa Barat sebanyak 14,43 persen dari total konsumsi listrik di Indonesia. Dengan demikian emisi yang dihasilkan untuk pembangkitan listrik yang menggunakan bahan bakar fosil pun terus meningkat. Ini akan memicu efek rumah kaca," katanya, Jumat (25/3).

Dalam kesempatan itu, dia menegaskan, kegiatan "Earth Hour" yang akan digelar pada Sabtu (26/3) dengan mematikan listrik minimal 100 watt yang dimulai pukul 20.30 WIB hingga 21.30 WIB dapat direspon positif seluruh kalangan masyarakat.

"Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan dari emisi penggunaan energi sedikitnya akan terkurangi dan akan meminimalisir efek rumah kaca. Itu sasaran yang diharapkan dalam program 'Earth Hour' ini," ujarnya. Hal itu mengingat penggunaan lsitrik terbesar berada pada kalangan rumah tangga dan industri, tambah dia. (A-198/A-147)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar