Senin, 18 April 2011

PEMANASAN GLOBAL ANCAMAN BAGI DUNIA

PEMANASAN GLOBAL ANCAMAN BAGI DUNIA

===========================

ancaman_pemanasan_global

Liputan6.com, Jakarta: Pemanasan global atau global warming. Dua kata yang begitu populer belakangan ini. Sederhananya, pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu bumi akibat peningkatan efek rumah kaca. Sinar matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa malah terperangkap di atmosfir karena peningkatan jumlah gas-gas tertentu. Fenomena yang disebut efek rumah kaca inilah yang membuat bumi panas.

Dalam skala kecil, efek rumah kaca dapat kita rasakan saat memasuki mobil yang tengah diparkir di siang hari. Suhu di dalam mobil lebih panas dari pada di luar mobil. Ini karena panas di dalam kabin mobil tidak terpantul keluar.

Adapun gas-gas yang mampu memerangkap dan memantulkan radiasi matahari itu antara lain karbon dioksida, dinitro oksida, metana, dan hidro fluorokarbon. Gas-gas rumah kaca itu ada yang dihasilkan secara alami seperti dari pembusukan sampah dan kotoran ternak. Adapula yang berasal dari ulah manusia seperti asap kendaraan dan pabrik serta gas untuk pendingin udara maupun tata rambut. Dari semua gas itu emisi gas karbon dioksida-lah yang paling besar.

Celakanya, laju peningkatan jumlah gas rumah kaca berlangsung cepat. Sementara hutan sebagai penyerap karbon dioksida tidak mampu mengimbangi peningkatan tersebut. Ketimpangan ini membuat bumi semakin panas atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Perubahan ini berlangsung perlahan namun nyata sebagaimana pemanasan suhu yang dirasakan penduduk Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Dampak pemanasan global juga dirasakan di kawasan pesisir. Walau hanya sebagai salah satu penyebab, pemanasan global turut memperparah fenomena rob atau masuknya air laut ke daratan. Tinggi permukaan laut bertambah akibat mencairnya lapisan es kutub. Dampak lain dari pemanasan global adalah kekacauan iklim yang tentunya membawa dampak pada pertanian.

Beberapa hal bisa dilakukan untuk mengerem laju pemanasan global. Salah satu adalah dengan mengurangi emisi gas karbon dioksida antara lain dengan mengurangi pemakaian kendaraan dan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Mendorong pengoperasian pembangkit listrik bebas polusi seperti pembangkit listrik tenaga air atau tenaga angin serta memanfaatkan sampah dan limbah peternakan menjadi gas biomasa. Dan tentunya tetap menjaga hutan sebagai paru-paru dunia untuk menyerap karbon dioksida.

Berbicara mengenai pengurangan emisi gas CO2, rasanya kita perlu berkaca pada tetangga kita di utara yakni Jepang. Negara ini begitu getol menyerukan kepada semua negara di dunia untuk bertindak menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca tersebut. Apa saja yang sudah dilakukan Negeri Matahari Terbit ini untuk mengurangi efek rumah kaca?

Menata ulang kota dengan mengharuskan setiap bangunan memiliki ruang hijau sudah dilakukan pemerintah Kota Tokyo sejak 2001. Selain untuk keindahan, kebijakan ini ditempuh untuk menyerap gas karbon dioksida sisa pembakaran kendaraan yang lalu-lalang di kota itu. Gayung pun bersambut. Kebijakan yang semula diterapkan pada bangunan kantor kini telah menular ke permukiman warga.

Keuntungan lain dari adanya taman atap itu ialah penurunan temperatur bangunan. Tanpa taman, temperatur udara pada atap bangunan terbukti lebih panas. Keberadaan taman-taman ini juga telah membuat para penghuni gedung betah untuk tinggal berlama-lama disamping memperbaiki kualitas udara.

Selain membuat taman-taman penghijauan, Jepang juga berupaya menekan emisi karbon dioksida langsung pada salah satu sumbernya, kendaraan. Para perancang kendaraan terus mengembangkan mesin dengan sistem pembakaran sel. Berbeda dengan mesin dengan bahan bakar minyak, mesin jenis baru ini menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Bila hidrogen dan oksigen ditembakkan ke dalam sel mesin maka menghasilkan air dan listrik. Tenaga listrik itulah yang dipakai untuk menggerakan kendaraan.

Mobil ini mampu menempuh jarak 300 kilometer dengan hidrogen sebanyak 136 liter. Performa mobil inipun tidak mengecewakan. Di jalan raya, mobil ini bisa dipacu hingga 155 kilometer per jam. Dan yang utama, mobil ini tidak menghasilkan asap melainkan uap air.

Keberhasilan ini kini juga sudah mulai diaplikasikan pada generator pembangkit untuk memenuhi kebutuhan listrik baik di gedung-gedung maupun di perumahan. Satu-satunya masalah yang masih menghadang adalah mahalnya biaya untuk membuat generator serta infrastruktur untuk menyalurkan hidrogen.

Jepang juga melirik tenaga angin sebagai sumber energi. Saat ini pengembangan diarahkan pada pembuatan kincir-kincir berukuran kecil. Bentuknya pun kini tidak melulu menyerupai kipas angin. Ada juga yang berbentuk kincir vertikal. Bentuk vertikal dipilih karena sensitif dalam menangkap angin, tidak bising, dan menghasilkan lebih sedikit getaran.

Keuntungan lain dari kincir-kincir mini ini ialah mampu menghasilkan listrik walau angin hanya bertiup lemah yakni satu meter bahkan 0,6 meter per detik dan listrik yang dihasilkan mencapai 2-4 kilowatt. Bandingkan dengan kincir raksasa yang baru bergerak jika angin bertiup enam meter per detik. Pengembangan ini juga telah dimanfaatkan baik oleh rumah tangga maupun perusahaan dan terbukti lumayan untuk menekan pengeluaran ongkos listrik bulanan.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)


http://firmansyah11.wordpress.com/2009/02/08/pemanasan-global-ancaman-bagi-dunia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar