Senin, 18 April 2011

Ilmuwan Inginkan Sistem Peringatan Dini Perubahan Iklim

Ilmuwan Inginkan Sistem Peringatan Dini Perubahan Iklim


Senin, 18 April 2011 - 11:38 wib
Ahmad Taufiqurrakhman - Okezone
Ilustrasi
Ilustrasi

LONDON - Ilmuwan menginginkan jaringan pengawasan yang lebih baik untuk gas efek rumah kaca, agar dapat memperingatkan negara-negara untuk mengurangi pengeluaran gas yang mampu menyebabkan pemanasan global.

"Yang kami harap untuk bisa dilakukan adalah melakukan peringatan yang bisa menyebabkan pemanasan, terutama di wilayah Kutub Utara," ujar Euan Nisbet, seorang ahli khusus pengeluaran gas methan dari University of London.

"Jaringan pengawasan kita saat ini sangat terbatas. Kami merasa observasi lebih lanjut sangat dibutuhkan, seperti pengukuran yang mampu memperingatkan kemungkinan terjadinya pemanasan," tulisnya di jurnal yang diterbitkan oleh The Royal Society.

Seperti yang dikutip dari The Straits Times, Senin (18/4/2011), data dari sistem peringatan dini perubahan iklim mampu melaporkan emisi gas efek rumah kaca. Saat ini iklim di Bumi telah berubah sedemikian cepat.

Para ilmuwan memperingatkan kalau perubahan iklim secra drastis ini disebabkan oleh emisi gas buatan manusia. Nisbet juga mengatakan kalau pemanasan global ini juga diikuti oleh mencairnya es di kutub

(srn)


http://techno.okezone.com/read/2011/04/18/56/447183/ilmuwan-inginkan-sistem-peringatan-dini-perubahan-iklim

Penggunaan Energi Memicu Efek Rumah Kaca

BANDUNG, (PRLM).- Kampanye program "Earth Hour" diharapkan dapat disambut positif semua kalangan masyarakat Jawa Barat. Hal tersebut sebagai upaya mereduksi dampak-dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi yang dapat merusak lingkungan.

Diketahui, hitungan global dampak dari penggunaan energi, setiap detiknya sebesar 390 ribu meter kubik karbon dioksida (CO2) diemisikan ke udara. Hal tersebut memicu efek rumah kaca penyebab perubahan iklim. Dengan adanya efek rumah kaca tersebut, selain menyebabkan perubahan iklim, sekitar 1.629 meter kubik gletser di Greenland turut mencair dan 710 ton oksigen (O2) setiap detiknya berkurang dari atmosfer bumi.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, dampak penggunaan energi yang menyebabkan efek rumah kaca tersebut dipicu akibat adanya pertumbuhan penduduk yang signifikan.

Dia menambahkan, dengan adanya pertumbuhan penduduk yang signifikan tersebut, maka kebutuhan penggunaan energi pun turut meningkat. "Dengan jumlah penduduk sekitar 43 juta lebih, kebutuhan energi listrik di Jawa Barat sebanyak 14,43 persen dari total konsumsi listrik di Indonesia. Dengan demikian emisi yang dihasilkan untuk pembangkitan listrik yang menggunakan bahan bakar fosil pun terus meningkat. Ini akan memicu efek rumah kaca," katanya, Jumat (25/3).

Dalam kesempatan itu, dia menegaskan, kegiatan "Earth Hour" yang akan digelar pada Sabtu (26/3) dengan mematikan listrik minimal 100 watt yang dimulai pukul 20.30 WIB hingga 21.30 WIB dapat direspon positif seluruh kalangan masyarakat.

"Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan dari emisi penggunaan energi sedikitnya akan terkurangi dan akan meminimalisir efek rumah kaca. Itu sasaran yang diharapkan dalam program 'Earth Hour' ini," ujarnya. Hal itu mengingat penggunaan lsitrik terbesar berada pada kalangan rumah tangga dan industri, tambah dia. (A-198/A-147)***

GLOBAL WARMING

Eh tau gak???apa sih Global Warming itu???

kalo gak tau…nih gua jelasin…..

Global Warming atau bahasa Indonesianya berartiPemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.

Suhu rata-rata global di permukaan Bumi kini telah meningkat lho…sebesar 0.74 ± 0.18 °C(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Pernah dengerIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) gak???

Kalo gak pernah…ni gua jelasin…

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau “Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim” adalah suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. Mereka menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalamhidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik). Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto(amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (INFCCC), sebuah persetujuan Internasional mengenai pemanasan global) yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
(dikutip dari www.id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global)

I. PENYEBAB-PENYEBABNYA!!!

Ada 26 penyebab Global Warming (upload dari blog temen,hahaha) :

1) 18% Produksi ternak bertanggung jawab terhadap emisi GHG global dari seluruh akitivitas manusia. (Laporan FAO 2006: Livestock Long Shadow)

2) 70% tanah dari pembukaan hutan di Amerika Selatan digunakan untuk produksi ternak
(http://afp. google.com/ article/ALeqM5i3 amXGwXSFd3n2DiXV X62yZa0MRw)

3) 20% Energi dari makanan yang diolah tubuh kita untuk bekerja, sisanya, 80%, dijadikan panas tubuh yang dibuang ke lingkungan. Efisiensi energi tubuh manusia antara 17% (orang tua) hingga 23% (olahragawan kelas dunia). (Dean Heerwagen, “Passive and Active Environmental Controls”, McGraw-Hill Professional, 2003, h.36.)

4) 36,5 kg CO2 Sumbangan gas rumah kaca penyebab pemanasan global oleh 1 kg daging, setara dengan mobil eropa yang berjalan sejauh 250 km, atau energi fosil untuk menyalakan lampu 100 watt selama 20 hari. (Animal Science Journal, DOI: 10.1111/1740- 929.2007. 00457.x.)

5) 7 meter Kenaikan air laut bila es di kutub dan gletser di pegunungan mencair akibat pemanasan global.

6) 100 juta ton Tangkapan ikan global pertahun yang terbuang sia-sia (tak dikonsumsi, terjaring percuma). (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

7) 40 juta ekor Ikan hiu yang dibunuh pertahun hanya untuk diambil sirip-nya. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

8) 90% Spesies laut yang hilang sejak tahun 1900 akibat eksploitasi. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

9) 1000 gigaton Karbon yang tertahan lapisan beku (permafrost), lebih banyak dari di
atmosfir (700 Gt) dan seluruh tumbuhan (650 Gt). Umat manusia melepas 6,5 Gt/tahun.
Lapisan beku telah mulai mencair dan mulai melepas karbon dalam bentuk CO2 dan NH4 ke atmosfir. (Joel K. Bourne, “Change is Here”, National Geographic, June 22, 2008)

10) 77% Kematian di negara maju oleh penyakit kardiovaskular dan kanker yang berhubungan erat dengan pola makan (14% oleh penyakit menular, 9% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29)

11) 55% Kematian di negara berkembang oleh penyakit menular seperti HIV/AIDS, diare dan pernapasan (37% oleh penyakit noninfeksi, 8% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29)

12) 15 juta km2 Lahan pertanian untuk pangan di dunia. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38)

13)30 juta km2 Lahan penggembalaan ternak. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”,
National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38)

14) 30 miliar dollar AS Subsidi setiap tahun untuk industri perikanan. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.40)

15) 16.000 liter Air yang digunakan untuk memproduksi 1 kg daging (1 kg nasi perlu 3.400 liter, 1 kg daging ayam 3.900 liter, 1 kg daging babi 4.800 liter, 1 buah hamburger 2.400 li-ter). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48); dari sumber Hoekstra/Champagain , 2008. www.waterfootprint.org)

16) 77 juta ton Protein nabati yang dapat dimakan manusia tetapi diberikan ke ternak. Sebaliknya, ternak hanya memberi 58 juta ton protein untuk manusia. (Henning Steinfield, dkk., h.294)

17) 60 miliar hewan yang digunakan untuk memproduksi daging serta produk-produk susu
setiap tahunnya. Sedangkan populasi manusia saat ini sekitar 6,7 miliar.

18) 465 juta ton Kebutuhan daging dunia tahun 2050, dua kali lipat dari kebutuhan tahun 1990, 229 juta ton.

19) 1.043 juta ton Kebutuhan susu dunia tahun 2050, bandingkan dengan 580 juta ton di tahun 1999. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48)

20) 2,4 triliun ton per tahun CO2 yang ditambahkan ke udara akibat perubahan tanah yang berhubungan dengan peternakan.

21) 987 juta orang Jumlah kaum miskin yang berhubungan dengan kegiatan peternakan.

22) 1,3 miliar orang Jumlah manusia yang berhubungan dengan produksi peternakan (20%
populasi dunia).

23) 4,6% Air bersih di dunia yang digunakan untuk ternak. (Lester R. Brown, ”Plan B.30 – Mobilizing to Save Civilization”, The Earth Policy Institute, 2008.)

24) 10,7 triliun rupiah Subsidi pupuk kimia untuk tahun 2009 yang mendorong pemerintah mendukung pupuk organik dan menggalakkan usaha peternakan sapi melalui tawaran suku bunga kredit ringan. (Usaha Pembibitan Sapi Mendapat Fasilitas Khusus”, Kompas, 28 Juni 2008)

25) 260 tahun Waktu habisnya persediaan minyak fosil dunia bila semua orang bervegetarian. Jika seluruh manusia makan daging, dalam 13 tahun minyak fosil dunia
habis. (www.eatveg.com ; 30/8/8)

26) 125 ton/detik Berat kotoran seluruh ternak di Amerika. Bandingkan dengan 6 ton/detik feses yang dihasilkan oleh seluruh penduduk Amerika. (www.eatveg.com ; 30/8/8)

Dari gambar diatas (jelas gak?) terlihat bahwa karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana selama 650 ribu tahun hanya terjadi peningkatan dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.
(dikutip dari www.membuatblog.web.id/2010/03/penyebab-global-warming)

II. DAMPAK GLOBAL WARMING

Sebelum gua jelaskan dampak-dampak Global Warming, ni gua tunjukkin kejadian-kejadian yang udah terjadi di bumi ini akibat Global Warming tersebut.

a. Beruang kutub menghilang dari habitatnya. Itu sangat menyeramkan sebab beruang kutub memberikan tanda kepada kita bahwa perubahan iklim tengah terjadi.

b. Ikan-ikan juga mati karena global warming.

The image “http://www.treehugger.com/dead-fish-marine-dead-zones.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.
c. Angin badai. Kita tau bahwa angin badai terjadi akibat perubahan iklim, khususnya di atlantic. Ini terror dari global warming yang dapat menghancurkan rumah dan keluarga kita.
The image “http://www.treehugger.com/climate-change-hurricanes.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.
d. Gletser di Patagonia, Argentina tahun 1928. Gletser di Patagonia, Argentina 2004. 76 tahun dari perubahan iklim. Dan sekarang… menyeramkan sekali.
http://www.treehugger.com/galleries/global-warming-before-after.jpg
e. Badai debu terjadi lebih sering di afrika selatan.
The image “http://www.treehugger.com/dust-cloud-climate-change.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.
f. Gambar di atas adalah air terjun besar yang muncul dari ujung Gletser Brasvell. Tidak biasa hal itu terjadi. Air terjun seperti ini telah muncul dengan frekuensi berkala di daerah arctic. Setelah semua itu, ketika abad-lama telah mulai pencairan es di Arctic, sulit untuk menyangkal diri kita bahwa kita telah mendapat masalah besar.
The image “http://www.treehugger.com/glacier-waterfall-getty.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.g. Es Kutub Mencair sudah sampai lebih dari 2 Triliun Ton

Lebih dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.”Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir,” kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.

Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.

Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.

“Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun,” kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.

(dikutip dari www.bungakurnia.com/2010/10/7-kejadian-gambar-mengerikan-akibat)

Dan inilah dampak-dampak yang bakal terjadi lagi akibat Pemanasan Global!!!


a. Great Barrier Reef Lenyap dalam 20 Tahun

Naiknya air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan gugusan karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian Institute of Marine Science mengatakan pada The Times: “Tidak ada harapan, Great Barrier akan lenyap 20 tahun lagi atau lebih. Sekali karbon dioksida (CO2) menyentuh level seperti yang diprediksi antara tahun 2030 dan 2060, seluruh karang akan lenyap. Hal ini didukung para peneliti karang dan juga semua organisasi terkait lainnya. Ini sudah kritis dan beginilah kenyataanya.

b. Hutan Amazon Akan Berubah Menjadi Gurun

Memiliki jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tapi pemanasan global dan penggund


http://kokeq.wordpress.com/2011/01/22/29/

PEMANASAN GLOBAL ANCAMAN BAGI DUNIA

PEMANASAN GLOBAL ANCAMAN BAGI DUNIA

===========================

ancaman_pemanasan_global

Liputan6.com, Jakarta: Pemanasan global atau global warming. Dua kata yang begitu populer belakangan ini. Sederhananya, pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu bumi akibat peningkatan efek rumah kaca. Sinar matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa malah terperangkap di atmosfir karena peningkatan jumlah gas-gas tertentu. Fenomena yang disebut efek rumah kaca inilah yang membuat bumi panas.

Dalam skala kecil, efek rumah kaca dapat kita rasakan saat memasuki mobil yang tengah diparkir di siang hari. Suhu di dalam mobil lebih panas dari pada di luar mobil. Ini karena panas di dalam kabin mobil tidak terpantul keluar.

Adapun gas-gas yang mampu memerangkap dan memantulkan radiasi matahari itu antara lain karbon dioksida, dinitro oksida, metana, dan hidro fluorokarbon. Gas-gas rumah kaca itu ada yang dihasilkan secara alami seperti dari pembusukan sampah dan kotoran ternak. Adapula yang berasal dari ulah manusia seperti asap kendaraan dan pabrik serta gas untuk pendingin udara maupun tata rambut. Dari semua gas itu emisi gas karbon dioksida-lah yang paling besar.

Celakanya, laju peningkatan jumlah gas rumah kaca berlangsung cepat. Sementara hutan sebagai penyerap karbon dioksida tidak mampu mengimbangi peningkatan tersebut. Ketimpangan ini membuat bumi semakin panas atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Perubahan ini berlangsung perlahan namun nyata sebagaimana pemanasan suhu yang dirasakan penduduk Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Dampak pemanasan global juga dirasakan di kawasan pesisir. Walau hanya sebagai salah satu penyebab, pemanasan global turut memperparah fenomena rob atau masuknya air laut ke daratan. Tinggi permukaan laut bertambah akibat mencairnya lapisan es kutub. Dampak lain dari pemanasan global adalah kekacauan iklim yang tentunya membawa dampak pada pertanian.

Beberapa hal bisa dilakukan untuk mengerem laju pemanasan global. Salah satu adalah dengan mengurangi emisi gas karbon dioksida antara lain dengan mengurangi pemakaian kendaraan dan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Mendorong pengoperasian pembangkit listrik bebas polusi seperti pembangkit listrik tenaga air atau tenaga angin serta memanfaatkan sampah dan limbah peternakan menjadi gas biomasa. Dan tentunya tetap menjaga hutan sebagai paru-paru dunia untuk menyerap karbon dioksida.

Berbicara mengenai pengurangan emisi gas CO2, rasanya kita perlu berkaca pada tetangga kita di utara yakni Jepang. Negara ini begitu getol menyerukan kepada semua negara di dunia untuk bertindak menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca tersebut. Apa saja yang sudah dilakukan Negeri Matahari Terbit ini untuk mengurangi efek rumah kaca?

Menata ulang kota dengan mengharuskan setiap bangunan memiliki ruang hijau sudah dilakukan pemerintah Kota Tokyo sejak 2001. Selain untuk keindahan, kebijakan ini ditempuh untuk menyerap gas karbon dioksida sisa pembakaran kendaraan yang lalu-lalang di kota itu. Gayung pun bersambut. Kebijakan yang semula diterapkan pada bangunan kantor kini telah menular ke permukiman warga.

Keuntungan lain dari adanya taman atap itu ialah penurunan temperatur bangunan. Tanpa taman, temperatur udara pada atap bangunan terbukti lebih panas. Keberadaan taman-taman ini juga telah membuat para penghuni gedung betah untuk tinggal berlama-lama disamping memperbaiki kualitas udara.

Selain membuat taman-taman penghijauan, Jepang juga berupaya menekan emisi karbon dioksida langsung pada salah satu sumbernya, kendaraan. Para perancang kendaraan terus mengembangkan mesin dengan sistem pembakaran sel. Berbeda dengan mesin dengan bahan bakar minyak, mesin jenis baru ini menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Bila hidrogen dan oksigen ditembakkan ke dalam sel mesin maka menghasilkan air dan listrik. Tenaga listrik itulah yang dipakai untuk menggerakan kendaraan.

Mobil ini mampu menempuh jarak 300 kilometer dengan hidrogen sebanyak 136 liter. Performa mobil inipun tidak mengecewakan. Di jalan raya, mobil ini bisa dipacu hingga 155 kilometer per jam. Dan yang utama, mobil ini tidak menghasilkan asap melainkan uap air.

Keberhasilan ini kini juga sudah mulai diaplikasikan pada generator pembangkit untuk memenuhi kebutuhan listrik baik di gedung-gedung maupun di perumahan. Satu-satunya masalah yang masih menghadang adalah mahalnya biaya untuk membuat generator serta infrastruktur untuk menyalurkan hidrogen.

Jepang juga melirik tenaga angin sebagai sumber energi. Saat ini pengembangan diarahkan pada pembuatan kincir-kincir berukuran kecil. Bentuknya pun kini tidak melulu menyerupai kipas angin. Ada juga yang berbentuk kincir vertikal. Bentuk vertikal dipilih karena sensitif dalam menangkap angin, tidak bising, dan menghasilkan lebih sedikit getaran.

Keuntungan lain dari kincir-kincir mini ini ialah mampu menghasilkan listrik walau angin hanya bertiup lemah yakni satu meter bahkan 0,6 meter per detik dan listrik yang dihasilkan mencapai 2-4 kilowatt. Bandingkan dengan kincir raksasa yang baru bergerak jika angin bertiup enam meter per detik. Pengembangan ini juga telah dimanfaatkan baik oleh rumah tangga maupun perusahaan dan terbukti lumayan untuk menekan pengeluaran ongkos listrik bulanan.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)


http://firmansyah11.wordpress.com/2009/02/08/pemanasan-global-ancaman-bagi-dunia/

MENCEGAH BUMI DARI GLOBAL WARMING


Pada akhir-akhir ini sering kita mendengar tentang fenomena yang sangat rumit untuk di pecahkan, yang tidak lain adalah GLOBAL WARMING dan ini sangat sulit untuk diprediksikan, karena setiap tahun angka Pemanasan global atau yang akrab di panggil global warming ini semakin meningkat tajam, karena akibat dari banyak polusi udara yang di sebabkan oleh sepeda motor dan mobil yang mengandung gas emisi yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) ,asap pembuangan dari pabrik serta alat elektronik pendingin karena mengandung Freon disamping itu juga karena efek rumah kaca
Penyebab-penyebab ini tentu akan lebih cepat untuk mengurangi ketebalan dari lapisan ozon di planet bumi yang kita cintai ini, yang kita ketahui bahwa pada sekitar tahun 2008 lapisan ozon bumi kita berkurang sebesar benua Australia yang merupakan 5 benua besar didunia. Ini sangat memprihatinkan, karena matahari dapat saja memancarkan radiasainya langsung ke bumi, tanpa adanya penyaring yang dapat memisahkan radiasi UV yang merugikan dan efek dari matahari yang menguntungkan. Radiasi UV dari matahari dapat menimbulkan banyak pengaruh negative pada pertanian, hewan dan tumbuhan


serta tubuh kita sendiri, seperti penyakit kulit, musnahnya hewan-hewan langka karena sulitnya beradaptasi dengan cuaca yang baru misalnya beruang kutub yang tidak terbiasa dengan udara panas akhirnyapun jumlah populasinya semakin tahun semakin berkurang,dll.


Pada arti sebenarnya GLOBAL WARMING atauPemanasan Global itu sendiri adalah meningkatkan temperature suhu bumi akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Salah satu penyebab dari global warming Efek rumah kaca, Permukaan bumi menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya secara berulang-ulang maka dari itu temperature rata-rata bumi semakin meningkat yang membuat bumi semakin panas, apabila masalah ini tidak segera di selesaikan maka diperkirakan dunia akan semakin hancur dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2030 diperkirakan 2 ribu pulau kecil di Negara kita sendiri, Indonesia akan terendam air karena volume air yang bertambah karena Es didaratan ARTIK mencair
, lalu serangan udara panas di daerah china membuat penduduknya meninggal sekitar173-685 juta pertahun dan lain-lain.

Di Negara-negara maju telah diadakan upaya untuk mengurangi Global warming dengan cara mengimplementasikan kepada berbagai Negara untuk mengurangi polusi dan gas emisi yang dihasilkan setiap hari. Terbukti pada tahun 1990 pemanasan global menurun 5 %. Pengurangan yang lebih besar harus bisa diwujudkan sebelum tahun 2012, dengan kondisi ini Amerika menyatakan bahwa akan mengurangi gas efek rumah kaca dan emisi sejumlah 7%, lalu UNI EROPA 8% dan jepang 6%

Pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih yaitu GEORGE W BUSH, mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan gas karbondioksida memerlukan biaya yang sangat besar, Ia menyangkal dan mengatakan bahwa Negara-negara indrustri yang menyumbang 55% dari gas emisi pada tahun 1990 tidak di meratifikasinya. Persyaratan ini ini di penuhi pada tahun 2004 lalu presiden RUSIA VLADMIR meratifikasi perjanjian pada tanggal 16 februari 2005



Contoh-contoh akibat dari adanya GLOBAL WARMINGtelah Nampak sekali dimata kita, apakah kita harus diam saja melihat bumi yang kita cintai ini tenggelam ditelan airkarena pemanasan global ?marilah kita semua membantu menjadikan bumi kita Nampak indah dan hijau walaupun dengan cara yang sederhana sekalipun seperti menanam 1 pohon atau tanaman untuk 1 jiwa. Apabila 1000 orang atau 10.000 orang bahkan lebih, melakukan gerakan ini, dapat dipastikan bahwa tahun berikutnya pemanasan global akan semakin menurun dan perkiraan tentang bumi dimasa depan berkemungkinan besar tidak akan terjadi.
MARILAH KITA MENANAM 1 POHON UNTUK 1 JIWAAGAR BUMI DAPAT SEHAT SEPERTI DULU ! ^_^

Kemudian pengurangan terhadap pengendara sepeda motor atau mobil yang dapat menyumbang angka emisi yang tinggi digantikan dengan menggunakan alat transportrasi yang bebas dari asap dan ramah lingkungan seperti sepeda, becak, dll.
Memang kita tidak bisa mengubah kebiasaan lama seperti mengendarai sepeda motor atau mobil menjadi sepeda pancal atau sebagainya alat transportrasi yang tidak memakai mesin, Tetapi alangkah baiknya apabila setiap 1 hari dari 7 hari diadakan CAR FREE DAY.

EFEK RUMAH KACA

efek rumah kaca

Ketika udara Jakarta semakin panas, banyak orang, komentator, pengamat, atau yang disebut pakar mengatakan bahwa hal ini akibat dari pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Hal ini banyak benarnya. Hanya saja ketika para komentator tersebut memberi komentarnya, jarang atau hampir tidak ada yang memberi penjelasan tentang apa sebenarnya efek rumah kaca itu dan bagaimana terjadinya.

Efek rumah kaca atau dalam bahasa asingnya dikenal dengan istilah green house effect adalah suatu fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dile­-pas­kan ke angkasa luar. Sebagian gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas.

Perubahan panjang gelombang ini terjadi karena radiasi sinar matahari yang datang ke bumi adalah gelombang pendek yang akan memanaskan bumi. Secara alami, agar tercapai keadaan setimbang dimana keadaan setimbang di permukaan bumi adalah sekitar 300 K, panas yang masuk tadi didinginkan. Untuk itu sinar matahari yang masuk tadi harus diradiasikan kembali. Dalam proses ini yang diradiasikan adalah gelombang panjang infra merah.

Proses ini dapat berlangsung berulang kali, sementara gelombang yang masuk juga terus menerus bertambah. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer, sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa energi yang masuk ke permukaan bumi: 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfir, 25 % diserap awan, 46 % diabsorpsi permukaan bumi, dan sisanya yang 4 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi (beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda).

Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya konsentrasi gas CO2 (karbondioksida) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), kloroflourokarbon (CFC) di atmosfir. Kenaikan konsentrasi CO2 itu sendiri disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pemba-karan di permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan-bahan organik lainnya yang melam-paui kemampuan permukaan bumi antuk mengabsorpsinya. Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk mengabsorpsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di permukaan bumi akan naik.

Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar infra merah tersebut tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfer maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi diserap atmosfer. Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik.

Dengan meningkatnya suhu permu-kaan bumi akan mengakibatkan perobahan iklim yang tidak biasa. Selain itu hutan dan ekosistem pun akan terganggu. Bahkan dapat mengakibatkan hancurnya gu-nung-gunung es di kutub yang pada akhirnya akan menga-kibatkan naiknya permukaan air laut sekaligus menaikkan suhu air laut.

Fenomena efek rumah kaca atau green house effect ini pertama kali ditemukan oleh fisikawan Perancis Joseph Fourier pada 1824 dan di-buktikan secara kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada 1896. Penyebutan nama efek rumah kaca sebenarnya didasar-kan atas peristiwa alam yang mi-rip dengan yang terjadi di rumah kaca yang biasa digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan untuk menghangatkan tanaman di dalamnya. Panas yang masuk ke dalam rumah kaca akan sebagian terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Dalam bahasa yang sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca adalah demikian: panas matahari merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas matahari yang dipantulkan tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di atmosfer. Panas matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa melalui atmosfer. Sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.

Sudah disebutkan diatas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

Energi

Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM (bahan bakar minyak) memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2. Kita lihat mayoritas kendaraan bermotor masih menggunakan BBM. Pabrik-pabrik pun juga. Selain BBM, yang paling banyak menghasilkan gas rumah kaca adalah batu bara yang melebihi BBM. Sebagai gambaran, untuk menghasilkan energi sebesar 1 KWh, pembangkit listrik yang meng-hasilkan batu bara mengemisi gas rumah kaca sekitar 940 gr CO2, sementara pembangkit listrik yang menggunakan minyak bumi untuk menghasilkan energi yang sama menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 581 sampai dengan 798 gr CO2. Sedangkan pengemisi terbesar adalah industri dan transportasi.
Kehutanan

Salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi gas rumah kaca. Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga perusakan hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.
Pertanian dan Peternakan

Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak, dan pembakaran sabana. Di sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling banyak dihasilkan.
Sampah

Sampah adalah salah satu kontributor besar bagi ter-bentuknya gas metan (CH4), karena aktivitas manusia sehari-hari.

Sejauh ini kita masih melihat efek rumah kaca sebagai hal yang merugikan manusia, namun tidak demikian sebenarnya. Tanpa efek rumah kaca, bumi kita ini akan sangat dingin seberti bukit es. Efek rumah kacalah yang membuat bumi ini hangat dan laik huni. Hanya saja sebisa mungkin harus ditekan naiknya gas rumah kaca yang akan meningkatkan efek rumah kaca agar suhu bumi tidak semakin panas. Efek rumah kaca sudah banyak diman-faatkan di Eropa oleh para petani, terutama di musim dingin agar tanamannya tetap hangat. IPB pun melalui Pusat Pengembangan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika (CREATA) sudah ikut memanfaatkan teknologi efek rumah kaca dengan membuat alat pengering berben-tuk limas segi enam yang diberi nama ELC-05.

Selain menyebabkan efek rumah kaca, beberapa gas polutan yang telah kita sebutkan di atas juga berpotensi menyebabkan penipisan lapisan ozon, yang akan menye-babkan semakin banyak sinar ultra violet masuk ke permukaan bumi yang diduga dapat menyebabkan kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh, bahkan menurunkan hasil panen. Salah satu yang sangat berperan dalam penipisan lapisan ozon adal kloroflo-rokarbon (CFC) yang masih banyak kita jumpai dipasang di AC, walaupun sudah dilarang pemerintah. (Gilbert Hutauruk – SBTI)